Rabu, 02 Juni 2010

SATUAN ACARA PENYULUHAN KEKURANGAN ENERGI PROTEIN

SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEKURANGAN ENERGI PROTEIN
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusam Masalah 1
1.3. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1. Pengertian 2
2.2. Etiologi 2
2.3. Cara Deteksi KEP 2
2.4. Kriteria KEP Berdasarkan KMS 2
2.5. Penyebab KEP 3
2.6. Usia yang beresiko KEP 5
2.7. Pencegahan KEP dengan GOBIFF 6
2.9. Kegiatan penanggulangan KEP balita 7
BAB III PENUTUP 8
3.1. Kesimpulan 8
3.2. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9















FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kekurangan Energi Protein ( KEP )
Sasaran : Balita dan orang tuanya
Tempat : Di Balai Desa Pelem, Pare
Tanggal Pelaksanaan : 19 Mei 2010
Waktu : 10.00 – 11.30
A. Tujuan Instruksional Umum
Agar para orang tua mengetahui tentang Kekurangan Energi Protein (KEP), dengan melalui Kartu Menuju Sehat ( KMS ) dan dapat meninjaklanjuti bila anaknya terkena KEP
B. Tijuan Instruksional Khusus
Orang tua dari balita mampu mengerti tentang :
1. Pengertian dari KEP
2. Penyebab dan cirri – cirinya
3. Penanggulangan
C. Kegiatan Penyuluhan
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
2. Langkah – langkah
Waktu Kegitan Penyuluhan Kegiatan Audience Media
10.00 Pendahuluan salam Microphone
10.05 – 10.20 Pelaksanaan
1. Menjelaskan tentang KEP
2. Pengertian KEP
menyimak
Leaflet dan LCD
10.25 Penutup Microphone


D. Evaluasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kekurangan Energi protein (KEP ) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) atau gangguan penyakit. KEP dapat di deteksi dengan menggunakan KMS.KEP dibagi menjadi KEP ringan,sedang dan berat.Ciri – cirri KEP adalah tampak sangat kurus sekali ,wajah sepertti orang tua, cengeng,rewel,sering disertai penyakit kronis , wajah membulat, pandangan mata sayu, pembesaran hati , otot mengecil, edema seluruh tubuh.

1.2. Rumusam Masalah
1.2.1. Apa pengertian dari Kekurangan Energi Protein (KEP ) ?
1.2.2. Bagaimana cara mendeteksinya ?
1.2.3. Apa penyebab KEP ?
1.2.4. Apa macam – macam KEP ?
1.2.5. Bagaimana cara menanggulanggi KEP ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari KEP
1.3.2. Untuk mengetahui cara mendeteksi KEP
1.3.3. Untuk mengetahui penyebab KEP
1.3.4. Untuk mengetahui macam – macam KEP
1.3.5. Untuk mengetahui cara menanggulanggi KEP






BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) atau gangguan penyakit.

2.2. Etiologi
Defisiensi kalori dan asupan gizi lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan .

2.3. Cara Deteksi KEP
KEP dapat dideteksi dengan cara antropometri yaitu mengukur BB dan umur yang dibandingkan dengan indeks BB untuk standar WHO-NCHS sebagaimana tercantum dalam KMS

2.4. Kriteria KEP Berdasarkan KMS
KEP berdasarkan kriteria KMS dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) KEP ringan, bila berat badan menurut umut (BB/U) 70%-80% baku median WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 70%-80% baku median WHO-NCHS.
2) KEP sedang, bila berat badan menurut umur (BB/U) 60%-70% baku median WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 60%-70% baku median WHO-NCHS. (3) KEP berat, bila berat badan menurut umur (BB/U) < 60% baku median WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) < 60% baku standar WHO-NCHS.

2.5. Penyebab KEP
• kekurangan kalori protein
• masukan makanan yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain.
• Penyebab tak langsung dari KEP sangat banyak, sehingga disebut juga sebagai penyakit dengan kausa multifaktorial
• dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik
• faktor ekonomi, faktor fasilitas perumahan dan sanitasi, faktor pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor pertanian dan lain-lain.
• Balita tidak mendapatkan ASI eksklusif atau sudah mendapatkan makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan
• Balita disapih sebelum umur 2 tahun
• Balita tidak mendapatkan makanan pendamping ASI ( MP- ASI)
• MP-ASI kurang dan tidak bergizi
• Setelah unur 6 bukan bayi jarang disusui
• balita menderita sakit yang lama seperti batuk, pilek , TBC, diare dan lain- lain
• kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor
Kurang energi protein dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu
1. Marasmus
Bentuk marasmus terjadi karena kekurangan energi terutama kekurangan energi / kalori
Gejalanya adalah
• pertumbuhan yang sangat lambat.
• lemak subkutan yang hampir tidak ada (sel lemak masih ada) sehingga kulit anak keriput, wajah seperti orang tua, perut tampak buncit
• jaringan otot mengecil
• tidak ada edema, BB<
• muka bulat, rambut tipis, kulit pecah, mengelupas dan terlihat sengsara.



2. Kwarshiorkor
karena kekurangan zat protein Manifestasi Klinik
gejalanya
o Edema terutama pada kedua kaki, bisa seluruh tubuh
o Wajah membulat dan sembab
o Pandangan mata sayu
o Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
o Apatis, rewel
o Kelainan berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
o Sering disertai penyakit infeksi, anemia, diare
o BGM


2.6. Usia yang beresiko KEP
• Usia 0 - 6 bulan
- ASI kurang à tdk ada antibodi
- ASI cukup à ada antibodi
• Usia 6 – 12 bulan
- pertumbuhan tdk secepat bulan pertama
- asupan gizi & ASI kurang
- mulai MP-ASI à masyarakat cenderung memberi makanan yang kandungan pati dan karbohidrat tinggi

• Usia 2 – 3 tahun
- pertumbuhan memburuk (BB turun)
- kandungan makanan KH rendah protein kurang & rendah
- jarang ke Posyandu à pantauan lewat KMS tdk ada
- diperparah penyakit infeksi diare/ISPA

2.7. Pencegahan KEP dengan GOBIFF
• GROWTH MONITORING
à memonitor perubahan lewat KMS
• ORAL REHIDRATION/ORALIT
à memberikan oralit dengan segera jika balita menderita diare
• BREASTFEEDING
à memberikan ASI sejak lahir s/d 6 bulan secara baik & tepat
• IMMUNIZATION
à Memberikan kekebalan melalui imunisasi guna melindungi anak dari kemungkinan penyakit infeksi (hepatitis, TBC, polio, tetanus, campak)
• FOOD SUPLEMENTATION
à pemeberian MP-ASi yg mengandung berbagai zat gizi mulai umur 6 bulan
• FAMILY PLANNING

2.8. Penanggulangan KEP
Pelayanan gizi (Depkes RI, 1998)
Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Penentuan status gizi maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut :
1) Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.
2) Balita KEP sedang (a) Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya. (b) Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya. (c) Balita KEP berat : harus dirawat inap dan dilaksanakan sesuai pemenuhan kebutuhan nutrisi

2.9. Kegiatan penanggulangan KEP balita
Kegiatan penanggulangan KEP balita meliputi :
1) Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang status gizi balita berdasarkan berat badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam hitungan bulan pada saat itu.Cara penjaringan yaitu balita dihitung kembali umurnya dengan tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat badannya dengan menggunakan timbangan dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB tersebut tentukan status gizi dengan KMS atau standar antropometri.
2) Kegiatan penanganan KEP balita meliputi program PMT balita adalah program intervensi bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita gar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat kondisinya, asuhan kebidanan/keperawatan yaitu untuk memberikan bimbingan kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui kunjungan rumah dengan kesepakatan keluarga agar bisa dilaksanakan secara berkala, suplementasi gizi/ paket pertolongan gizi hal ini diberikan untuk jangka pendek. Suplementasi gizi meliputi : pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000 IU dan berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU); kapsul minyak beryodium, adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak, mengandung 200 mg yodium diberikan 1x dalam setahun.



BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kekurangan Energi Protein (KEP ) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) atau gangguan penyakit. Penyebab KEP adalah kekurangan kalori protein, masukan makanan yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain,dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein. KEP dibagi menjadi dua yaitu Marasmus dan kwarshiorkor.

3.2. Saran
Makalah yang saya buat ini belumlah sempurna sehingga saya mengharapkan tegur sapa dari Dosen Pembimbing dan teman – teman yang dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat untuk menyempurnakan makalah ini.















DAFTAR PUSTAKA

• Almatsier,S.2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
• Departemen Kesehatan RI.1999. Pedoman Pencegahan Gizi Kurang di Rumah Sakit. Jakarta
• Departemen Kesehatan RI.. Pedoman Tata Laksana Kurang Energi
• Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya. Jakarta. 1999
• Pudjiadi S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. 1999
• Almatsier,S.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
• Departemen Kesehatan RI.1998. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Jakarta



By : http://www.arvienfarrel.blogspot.com

Tidak ada komentar: