Rabu, 19 Mei 2010

PHOTO BACKGROUND LAYOUT FACEBOOK

CARA CEPAT MENJADIKAN PHOTO ANDA SEBAGAI BACKGROUND LAYOUT FACEBOOKMU SEKARANG,.

1. https://addons.mozilla.org/it/firefox/addon/2108
lalu anda klik tanda + Aggiungi a firefox tunggu 3 detik lalu klik install .lalu anda pilih restart firefox pilih add firefox

2.http://userstyles.org/styles/browse/facebook.com?page=1&sort=popularity
klik link diatas lalu pilih Facebook Theme - Final Fantasy X2 di halaman ke 2.,., pilih install with stylish, install

3. siapkan photo anda lalu buka di mozilla firefox copy alamat web tersebut. dan buka menu tools lalu adds-ons pilih logo S dan pilih edit dan blog alamat ini " http://www.publiblanes.net/Fondos/Juegos_Manga/final_fantasy_x2.jpg "lalu klik kanan pilih paste lalu save

atau klik disini untuk melihat cara pembuatan lewat video

http://www.facebook.com/group.php?v=app_2392950137&gid=287550955744


untuk mengembalikan seperti semula ..
anda ke menu tools, adds-ons pilih logo S, trus pilih lagi Final Fantasy dan klik disable.,.,

atau bisa juga klik logo S di pojok kanan bawah dan hilangkan centangnya.

Selasa, 18 Mei 2010

KELUARGA BERENCANA DAN KONTRASEPSI

KELUARGA BERENCANA
DAN KONTRASEPSI

A. Konseling
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan konseling. Jenis dan bobot konseling yang diberikan sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya.
Konseling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri.
Tujuan konseling adalah;
1. Memahami diri secara lebih baik
2. Mengarahkan perkembangan diri dan masalah yang dihadapi
3. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi sehingga
a. Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif
b. Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
c. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri
d. Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan
e. Memperoleh dan merasakan kebahagiaan
Dalam konseling diadakan percakapan dua arah untuk;
1. Membahas dengan calon peserta berbagai pilihan kontrasepsi yang tersedia
2. Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekwensi pilihannya, baik secara medis maupun non-medis agar tidak menyesal kemudian.
3. Membantu calon peserta KB memutuskan pilihannya atas metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan khusus pribadi dan keluarganya.
4. Membantu peserta KB dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi barunya, terutama bila ia mengalami berbagai permasalahan.


Informasi yang diberikan meliputi:
1. Arti keluarga berencana
2. Manfaat keluarga berencana
3. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi
4. Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya
5. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional
6. Rujukan pelayanan kontrasepsi.

Teknik – teknik konseling yang biasa dipergunakan
1. Cara Supportif; untuk memberikan dukungan kepada peserta / calon peserta, karena mereka dalam keadaan bingung dan ragu-ragu yaitu dengan menenangkan / menentramkan dan menumbuhkan kepercayaan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk membantu dirinya sendiri.
2. Katarsis, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan dan menyalurkan semua perasaan yang dipunyainya untuk menimbulkan perasaan lega.
3. Membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan yang tersirat dalam ucapannya.
4. Memberikan semua informasi yang diperlukannya untuk membantu peserta/calon peserta membuat keputusan.
Perhatian :
Seyogyanya petugas tidak memberikan nasehat, karena ini berarti kita yang membuat keputusan. Tetapi adakalanya kita dituntut untuk memberikan nasehat. Dalam hal ini kita harus memperhatikan bagaimana mereka menerima nasehat tersebut. Supaya mereka mau menerima dan melaksanakan suatu nasehat, maka
1. Peserta/calon peserta harus diajak ikut serta menemukan nasehat yang cocok dan sesuai dengan dirinya.
2. Nasehat harus diberikan dengan sangat hati-hati.



B. Memilih Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah:
1. Aman/tidak berbahaya
2. Dapat diandalkan
3. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter
4. Murah
5. Dapat diterima oleh orang banyak
6. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi)
Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi :
1. Faktor pasangan – motivasi dan rehabilitas
a. Umur
b. Gaya hidup
c. Frekuensi Senggama
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
f. Sikap kewanitan
g. Sikap kepriaan
2. Faktor kesehatan – kontraindikasi absolut atau relatif
a. Status kesehatan
b. Riwayat haid
c. Riwayat keluarga
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan panggul
3. Faktor metode kontrasepsi – penerimaan dan pemakaian berkesinambungan
a. Efektivitas
b. Efek samping minor
c. Kerugian
d. Komplikasi yang potensial
e. Biaya
Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua sudut.
1. Pihak calon akseptor
Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100% sempurna, maka ada dua hal yang sangat penting yang ingin diketahui oleh pasangan calon akseptor, yaitu
a. Efektifias
Petugas KB sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut
1) “Apakah metode ini benar-benar ampuh?”
2) “Metode apa yang paling efektif?”
3) “Metode apa yang paling efektif untuk saya?”
4) “Apakah saya dapat menjadi hamil bila telah ikut KB?”
Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secara pasti untuk setiap individu wanita dianggap paling baik untuk menjawabnya dengan 2 cara
1) Angka kegagalan bagi pasangan suami istri yang memakai metode kontrasepsi secara konsisten dan benar (theoretical atau biological effectiveness), kegagalan cara (kegagalan metode) – Method failure
2) Angka kegagalan bagi pasangan suami istri dalam kondisi kehidupan sehari-hari/sebenarnya(use effectiveness’), kegagaglan pemakai (User failure)
METODE KONTRASEPSI KEGAGALAN PER 100 WANITA
Teoritis (%) Praktek (%)
Kontrasepsi Wanita/MOW
Kontrasepsi Pria/MOP/Vasektomi
Suntikan
Pil Oral Kombinasi (POK)
IUD
Pil-mini
Kondom
Diafragma (dengan spermisid)
Spons (Sponge) (dengan spermisid)
Kap serviks (Cervival cup)
Foams, creams, jellies
Vaginal suppositories
Coitus interuptus
KB alamiah
Vaginal douching
Laktasi
Tanpa kontrasepsi 0.04
0.15
0.25
0.5
1
1-3
2
2
-
2

3-5
16
2-20
-
15
90 0.1-0.5
0.2-0.6
3-5
4-10
5-12
5-6
10-20
19
10-20
13

18
20-40
20-40
40
40-50
90

b. Keamanan
Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua kontrasepsi juga menimbulkan resiko tertentu pada pemakainya, yaitu :
1) Resiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian. Hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain.
2) Adanya resiko yang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan, misalnya sanggama menjadi kurang/tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan lain-lain.
2. Pihak Medis/Petugas KB
Disamping kedua hal tersebut diatas, untuk fihak medis/petugas KB masih ada hal-hal lain yang pening dan perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Dalam upaya melindungi kesuburan/fertilitas dari akseptor harus diingat bahwa ;
1) Pil oral yang mempunyai efek protektif terhadap Pelvic inflammatory Disease. Sehingga mungkin merupakan kontrasepsi yang ideal untuk wanita yang untuk beberapa tahun ingin aktif secara seksual sebelum mengandung/hamil.
2) IUD yang menyebabkan resiko Pelvic Inflammatory Disease lebih tinggi (1.5 – 5 x) merupakan pilihan yang paling tidak menarik untuk seorang wanita yang masih menginginkan anak di kemudian hari.
3) Meskipun sekarang dengan bedah mikro, kontap pada pria maupun wanita dapat dipulihkan kembali, haruslah ditekankan bahwa merode kotap ini dianggap sebagai metode yang permanen.
b. Keuntungan non kontraseptif
Perlu disadari pula oleh petugas KB dan akseptor akan keuntungan non-kontraseptif dari metode kontrasepsi tertentu, seperti:
1) Efek terapeutik dari pil-oral untuk wanita dengan Kista ovarium (Polikistik, fungsional)atau penyakit payudara fibrikistik.
2) Efek protektif dari pil-oral, Kondom dan Spermisid terhadap Pelvic Inflammatory Disease
c. Kontra indikasi
Yaitu suatu kondisi yang menyebabkan suatu bentuk pengobatan yang seharusnya disarankan/dilakukan, tidak dianjurkan atau tidak aman.
Dikenal tiga macam kontra-indikasi
1) Absolut : jangan memakai
2) Relatif kuat : dianjurkan untuk tidak memakai
3) Relatif lainnya: dapat dicoba asal diawasi dengan ketat.
d. Tanda-tanda bahaya
Calon akseptor harus diberitahu tanda-tanda bahaya dari metode kontrasepsi yang sedang dipertimbangkan olehnya, khususnya untuk calon akseptor pil-oral dan IUD.
1) Tanda bahaya pil-Oral
- Sakit perut yang hebat
- Sakit dada yang hebat atau “nafas pendek”
- Sakit kepala yang hebat
- keluhan mata seperti penglihatan kabur atau tidak dapat melihat
- sakit tungkai bawah yang hebat (betis atau paha)
2) Tanda bahaya IUD
- Terlambat haid/amenore
- Sakit perut
- Demam tinggi/menggigil
- Keputihan yang sangat banyak/sangat berbau
- Spotting, perdarahan per-vaginam, haid yang banyak, bekuan-bekuan darah
3) Tanda bahaya suntikan
- Pertambahan berat badan yang menyolok
- Sakit kepala yang hebat
- Perdarahan per-vaginam yang banyak
- Depresi
- Polyuri
C. Menghindari pendekatan “Poli-farmasi”
Apakah anda memberi:
1. Diuretika untuk akseptor per-oral yang kemudian menderita hipertensi?
2. Obat-obat penekan nafsu makan untuk akseptor pil-oral yang berat badannya bertambah 10 kg?
3. Obat analgetika untuk akseptor pil-oral dengan sakit kepala migraine?
4. Mengobati PID sambil membiarkan IUD in-utero?
Tindakan terbaik adalah menghentikan kontrasepsi yang menyebabkan kelainan, dari pada melindungi penyebabnya dengan jalan memberikan lebih banyak obat-obatan lainnya.
D. Kerjasama antara suami-istri
Metode kontrasepsi tertentu tidak dapat dipakai tanpa kerja sama pihak suami, misalnya coitus-interuptus, kondom, spermisid.
Metode fertility awareness atau metode “ kesadaran akan fertilitas’ membutuhkan kerjsama dan saling percaya-mempercayai antara pasangan suami istri. Di lain pihak, IUD, pil-oral, suntikan, kadang-kadang digunakan oleh pihak istri tanpa sepengetahuan/dukungan suami.
Keadaan yang paling ideal adalah bahwa suami dan istri harus bersama-sama:
1. Memilih metode kontrasepsi terbaik
2. Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi
3. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi
4. Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi







BEBERAPA MACAM METODE KONTRASEPSI

A. Metode Sederhana
1. Metode Kalender (Ogino – Knaus) ( Tanpa Alat)
“Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6 – 12 bulan terakhir.”
Tahun 1930 Kyusaku Ogino dari Jepang dan Herman Knaus di Austria, yang bekerja sendiri-sendiri menemukan bahwa :
Ogino : ovulasi umumnya terjadi pada hari ke 15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12 – 16 hari sebelum haid yang akan datang
Knaus : ovulasi selalu terjadi pada hari ke 15 sebelum haid yang akan datang
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari.
Tehnik Metode Kalender
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
a. Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal dari masa suburnya.
b. Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan awal dari masa suburnya.
Kalkulasi masa subur tradisional didasarkan pada 3 asumsi;
a. Ovulasi terjadi pada hari ke 14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
b. Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
c. Ovum hidup dalam 24 jam
Diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih
Hari pertama persangkaan masa subur : siklus terpendek – 18
Asal angka 18 : 14 + 2 + 2
 hari hidup spermatozoa
Hari terakhir persangkaan masa subur : siklus terpanjang – 11
Asal angka 18 : 14 – 2 – 1
 hari hidup ovum
Efektifitas Metode Kalender
Angka kegagalan : 14.4 – 47 kehamilan pada 100 wanita per tahun

2. Metode Kondom Pria (Dengan Alat)
“Menghakangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genetalia interna wanita”
Pada masa kini, kondom yang merupakan metode kontrasepsi pria yang telah lm dikenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam bidang Keluarga Berencana maupun dalam bidang lain.
Keuntungan Kondom:
a. Mencegah kehamilan
b. Memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS)
c. Dapat diandalkan
d. Relatif murah
e. Sederhana, ringan, disposable
f. Reversible
g. Pria ikut secara aktif dalam program KB
Kerugian Kondom:
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pada setiap senggama

B. Metode Modern
1. Pil-Oral (Kontrasepsi Hormonal)
Baru pada tahun 1930-an para peneliti mengumpulkan cukup banyak informasi mengenai siklus haid dalam hubungannya dengan waktu senggama yang mungkin sekali menghasilkan konsepsi.
Sekitar tahun 1950-an untuk pertama kalinya diperkenalkan kontrasepsi Pil oral. Sejak saat itu sampai sekarang terdapat kecenderungan makin rendahnya dosis dan komponen estrogen dan progesterone di dalam pil.
Pada awal tahun 1960-an, mengandung 50 – 150 mg estrogen d an 1 – 10 mg progesterone. Pada saat ini, umumnya pil mengandung 30 – 50 mg estrogen dan 1 mg atau kurang progesterone.
Pengetahuan tentang daya kontraseptif dari progesterone menghasilkan sejumlah penemuan baru yang hanya berisikan progesterone saja, misalnya mini-pil, suntikan, IUD yang mengandung progesterone, implant dan vaginal ring yang mengandung progesterone.
Para peneliti juga sedang meneliti pendekatan hormonal lainnya untuk mengontrol kesuburan wanita, antara lain GnRH-antgonist yang menekan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dihasilkan oleh Hipotalamus, tetapi zat ini juga menimbulkan persoalan lain yaitu terjadinya hypoestrogenism yang selanjutnya mempengaruhi keseimbangan mineral di dalam tulang atau menyebabkan keadaan menopause-buatan.
Macam-macam Kontrasepsi Hormon Streroid
I) Pil Kombinasi
a. Pil Oral Kombinasi (POK)
1) Mengandung estrogen dan progesterone
2) Terdapat beberapa macam POK
- Monophasic
Jumlah dan proporsi hormonnya konstan setiap hari
- Multiphasic
Dosis hormon bervariasi setiap hari dalam satu siklus. Contoh: Pil Bipasic dan Pil Triphasic
b. Pil Sequential
1) Terdiri dari estrogen saja untuk 14 – 16 hari
2) Disusul tablet kombinasi untuk 5 – 7 hari
c. Pil Serial
Sama seperti Pil Sequential, hanya ditambah dengan 7 tablet placebo agar menjadi 28 tablet
d. Pil Incremental
1) Estrogen dosis rendah sejak hari pertama siklus, yang perlahan-lahan dinaikkan sampai mencapai 0.1 mcg
2) Progesterone diberikan hanya pada 5 hari terakhir
II) Kontrasepsi mengandung Progestin saja
a. Progesterone dosis sama = Mini – Pil
b. Suntikan
c. IUD yang mengandung progestin
d. Implant
e. Vaginal ring = cincin vagina
III) Kontrasepsi Post-Coital
a. Morning – after – pill
IV) Kontrasepsi jangka panjang yang masih diteliti
a. Pil-sekali-seminggu (Once-a week-pill)
b. Pil-sekali-sebulan (Once-a month-combined pill)
c. Paper Pill
- Hormonnya disimpan dalam bahan pembawa kertas yang dapat dimakan, dengan kombinasi hormon yang susunan dan dosisnya konstan
d. Pil Unisex untuk pria dan wanita
e. Injectable Microspheres dan Microcapsule
- Mengandung progesterone saja, yang disimpan dalam pembawa/pengangkut yang biodegradable.
2. Kontrasepsi Suntikan (Injectables) (Kontrasepsi Hormonal)
Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya-kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversible.
Dua kontrasepsi suntikan yang bekerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah :
a. DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) = Depo-Provera
- Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita
- Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg
b. NET-EN (Norethindrone Enanthat) = Noristerat
- Dipakai di lebih dari 40 negara, jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita
- Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 x suntikan pertama) kemudian sekali setiap 12 minggu
Baik DMPA maupun NET-EN sangat efektif, dengan angka kegagalan untuk DMPA : < 1 per 100 wanita per tahun, dan untuk NET EN : 2 per 100 wanita per tahun
3. Implant (Subdermal) (Kontrasepsi Hormonal)
AKBK = Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
Dikenal dua macam Implant
a. Non-Biodegradable Implant
1) Dipakai sejak tahun 1987
2) Norplant (6 kapsul), berisi hormon Levonorgestrel, daya kerja 5 tahun
3) Tiap kapsul
- Panjang : 34 mm
- Diameter : 2,4 mm
- Berisi 36 mg Levonogestrel
4) Norplant-2 (2 batang), idem, daya kerja 3 tahun
5) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. Siap pakai sejak tahun 2000
6) Satu batang, berisi hormon 3-keto desogestrel, daya kerja 2,5 – 4 tahun
7) Saat ini Norplant paling banyak digunakan

Saat ini di Indonesia sedang di uji coba Implanon, implant I batang denga panjang 4 cm, diameter-luar 2 mm, terdiri dari ketodesogestrel yang dikelilingi suatu membrane EVA, berdaya-kerja 2-3 tahun

b. Biodegradable Implant
1) Dipakai sejak tahun 1987
2) Terdiri dari 2 batang Silastic yang padat dengan panjang tiap batang 44 mm
3) Masing-masing batang diisi dengan 70 mg Levonogestrel di dalam matrik batangnya
4) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan selama 3 tahun
Yang sedang di uji coba sat ini:
1) Capronor
Suatu capsul polymer berisi hormon Levonogestrel dengan daya kerja 18 bulan
2) Peilets
Berisi Norethindrone dan sejumlah kecil kolesterol, berdaya kerja 1 tahun
Kontra Indikasi Implant
a. Kehamilan/diduga hamil
b. Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya
c. Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli
d. Penyakit hati akut
e. Tumor hati jinak atau ganas
f. Karsinoma payudara/tersangka karsinoma payudara
g. Tumor/neoplasma ginekologik
h. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus
Efektifitas Implant
a. Angka kegagalan Norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama, ini rendah dibandingkan kontrasepsi oaral, IUD dan metode Barier
b. Efektivitas Norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5 – 3% akseptor menjadi hamil.
c. Norplant-2 sama efektifnya seperti Norplant, untuk waktu 3 tahun pertama. Semula diharapkan Norplant-2 juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6% penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
4. Intra Uteri Device ( IUD) (Alat Kontrasepsi Dalam Rahin, AKDR)
Pada tahun 1909 Richter melaporkan pengalamannya dengan IUD terbuat dari usus ulat sutra, Grafenberg juga pada tahun 1909 memulai kerjanya dengan usus ulat sutra dan kemudian membuat lingkaran usus yang dipertahankan oleh suatu kawat yang mengandung Ag dan Cu. Tahun 1934 Ota menuturkan pengalaman dengan IUD-nya di Jepang. Pada akhir dasawarsa 1960-an Zipper menemukan IUD yang mengandung Cu. Scommegna kemudian menemukan IUD yang mengandung hormon progesterone (Progestasert-T).
Pada tahun 1982, tercatat 2,2 juta wanita akseptor IUD di Amerika serikat. Tetapi sejak 1982, timbul sejumlah kejadian yang mengakibatkan penurunan jumlah akseptor IUD, yaitu konsekuensi serius dari infeksi pelvis yang disebabkan IUD sehingga timbulnya infertilitas.
Angka kegagalan IUD
a. Belum ada IUD yang 100% efektif
b. Angka kegagalan untuk:
- IUD pada umumnya 1 – 3 kehamilan per 100 wanita per tahun
- Lippes loop dan Firsd generatio Cu IUD, 2 per 100 wanita per tahun
- Second Generation Cu IUD, < 1 per 100 wanita per tahun, dan 1,4 per 100 wanita setelah 6 tahun pemakaian
Kontra indikasi Insersi IUD
a. Kontra Indikasi Absolut:
1) Infeksi pelvis yang aktif (akut atau sub-akut) termasuk persangkaan Gonorhoe atau Chlamydia
2) Kehamilan atau persangkaan kehamilan
b. Kontra Indikasi relatif kuat
1) Partner seksual yang banyak
2) Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD
3) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi
4) Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang rekuren, post-partum endometritis atau abortus fibrilis dalam tiga bulan terakhir
5) Cervisitis akut atau purulent
6) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
7) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik
8) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih menginginkan kehamilan selanjutnya.
9) Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes melitus, pengobatan dengan kartikosteroid dan lain-lain.
10) Kelainan pembekuan darah
c. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontra-indikasi untuk insersi IUD
1) Penyakit katup jantung (kemungkinan terjadi subakut bacterial endokarditis.
2) Keganasan endometrium atau serviks
3) Stenosis serviks yang berat
4) Uterus yang kecil sekali
5) Endometriosis
6) Myoma uteri
7) Polip endometrium
8) Kelainan congenital uterus
9) Disminore yang berat
10) Darah haid yang banyak, haid yang irreguler atau perdarahan bercak (Spotting)
11) Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson atau penyakit gangguan Cu yang turun-temurun (penyakit ini jarang terjadi)
12) Anemia
13) Ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya dari IUD
14) Ketidak-mampuan untuk memeriksa sendiri ekor IUD
15) Riwayat Goorhoe, Chlamydia, Syphilis atau Herpes
16) Actinomicosis genetalia
17) Riwayat reaksi vaso-vegal yang berat atau pingsan
18) Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh negatif
19) Pernah mengalami ekspulsi IUD
20) Leukore atau infeksi vagina
21) Riwayat infeksi pelvis
22) Riwayat operasi pelvis
23) Keinginan untuk mendapatkan anak di kemudian hari atau mempertimbangkan kesuburan di masa yang akan datang.

by: Arvien F(http://arvienfarrel.blogspot.com/)

JURNAL GIZI PERBEDAAN STATUS GIZI BALITA (1-2 TAHUN) DARI ORANG TUA YANG MENDAPAT DAN TIDAK MENDAPAT PENYULUHAN KESEHATAN

PERBEDAAN STATUS GIZI BALITA (UMUR 1-2 TAHUN) DARI ORANG TUA YANG MENDAPAT DAN YANG TIDAK MENDAPAT PENYULUHAN KESEHATAN OLEH KADER
DI POSYANDU


ABSTRACT

The Different of Nutrient Status Between Parents Of 1-2 Years Old Babies Who Received Health Enligthtenment From Kader of Posyandu (Integrated Health Center) And The One Who Didn`t.


Deficient nutrient status of under five years old babies may be affected by low knowledge of the parents, especially the knowledge on their “babies parents” knowledge can be obtained from programs of posyandu, for posyandu serves as communal activities. The role of posyandu staff in providing enligthtnment to parents and peoples in deeply required. Hence staffs are motor of the posyandu it self. This study is intended to find out whether there is difference of 1-2 years old babies nutrient status from the parents who received health enlightenment from staffs and the ones who didn’t. The method of the study applied correlation design with Cross Sectional approach. The sample was selected with Purposive Sampling, namely 70 respondents of babies’ mothers. Independent variable measured is health enlightenment and dependent variable is nutrient status of the babies’. Data analysis applied Fisher Exact. The result of the study indicated that the score of Asym-sig calculation (0,324) is bigger than 0,05. The conclusion stated that there is no difference of nutrient status of 1-2 years old babies from the parents received health enlightenment and the ones who didn’t. Nutrient status is a multi-factor condition, where the factor of knowledge, awareness and willingness as target component of health enlightenment is not the only factor influencing nutrient status. Based on the result of the study, the health service is expected to be carried out more comprehensively with the control on nutrient status.

Keywords: Nutrient Status, Under Five Years Old Baby, Kader, Health Enlightenment


Status gizi balita yang kurang baik dapat dipengaruhi oleh karena pengetahuan orang tua yang masih rendah, khususnya pengetahuan tentang gizi balitanya. Untuk mengatasi hal tersebut orang tua harus mempunyai pengetahuan yang cukup. Pengetahuan orang tua dapat diperoleh melalui kegiatan posyandu, karena posyandu merupakan salah satu kegiatan masyarakat. Peran kader posyandu dalam memberikan penyuluhan kepada para orang tua dan masyarakat sangat diperlukan, karena kader adalah motor dari posyandu itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan status gizi balita (1-2 Tahun) dari orang tua yang mendapat dan tidak mendapat penyuluhan kesehatan oleh kader. Metode penelitian menggunakan desain korelasional dengan pendekatan “Cross Sectional“. Sampel dipilih dengan cara Purposive Sampling sebanyak 70 responden orang tua (ibu) balita. Variabel independen yang diukur yaitu penyuluhan kesehatan dan variabel dependen yaitu status gizi pada balita. Analisis data menggunakan Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan nilai Asym-sig (0.324) hitung lebih besar dari 0,05. Kesimpulan dari peneltiian ini bahwa bahwa tidak ada perbedaan status gizi balita (umur 1 – 2 tahun) dari orang tua yang mendapat dan tidak mendapat penyuluhan kesehatan oleh kader. Status gizi merupakan suatu kondisi yang multifaktorial, dimana faktor pengetahuan, kesadaran dan kemauan yang merupakan komponen tujuan dari penyuluhan kesehatan bukanlah satu-satunya faktor yang memberikan pengaruh kepada status gizi. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan layanan kesehatan bisa melaksanakan kegiatan yang lebih komprehensif dalam pemantauan status gizi.


Kata kunci: Status Gizi, Balita, Kader, Penyuluhan Kesehatan

by Arvien F,(http://arvienfarrel.blogspot.com/)

Sabtu, 15 Mei 2010

ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL lanjut

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 - 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Konsep Tumbuh Kembang Anak
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 - 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 - 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata - kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah-masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira - kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ).

adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir NormalSegera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Perubahan Sistem Pernafasan.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis (Varney, 551-552)
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a. mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
a. Pada saat tali pusat dipotong.
Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan O2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat,mengakibatkan ductus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.


Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan Kekebalan Tubuh.
a. Pengaturan SuhuSuhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
b. Metabolisme GlukosaUntuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati.
c. Perubahan Sistem GastrointestinalReflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin.
d. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya :
1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2) Fungsi jaringan saluran nafas.
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh organisme asing.

Adaptasi fisik dan fisiokogis bbl
pengertian : proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis.
Bila terdapat gangguan adaptasi : bayi akan sakit.
Homeostasis : - kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital
- dinamis
- dipengaruhi tahap tumbuh kembang, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Pada bayi kurang bulan, terdapat berbagai gangguan mekanisme adaptasi.
Adaptasi segera : fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme).
Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan status gizi.
Kemampuan homeostasis pada neonatus berdasarkan usia kehamilan :
- cukup bulan : memadai
- kurang bulan : tergantung masa gestasi.
(Matriks otak belum sempurna, mudah terjadi perdarahan intrakranial.)
(Angka kejadian sindrom gawat napas neonatus dan hiperbilirubinemia tinggi.)
- lewat waktu : terjadi hambatan pertumbuhan janin intrauterin akibat penurunan fungsi plasenta, terjadi hipoksia janin.
Masa neonatus lebih tepat jika dipandang sebagai masa adaptasi berbagai sistem, dari kehidupan intrauterin menuju kehidupan ekstrauterin.
Stabilisasi sesudah lahir : - masa gestasi cukup : bayi matur
- persiapan kelahiran janin dari ibu
- sesudah lahir, pernapasan pertama : rangsang kimia, metabolik dan termik
- dapat hidup di luar uterus
- adaptasi sistem2 lain

Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.



Perkembangan Masa Bayi
Dalam pandangan Piaget tahap-tahap perkembanagn pemikiran dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
Pemikiran bayi termasuk kedalam pemikiran sensoris motorik, tahap sensoris motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap ini perkembangan mental ditandai dengan perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melaui gerak-gerak refleks. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia sekitar 2 tahun, pola-pola sensorik motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia dua tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata-kata sederhana, seperti "mama melompat" untuk menunjukan telah terjadinya sebuah peristiwa sensoris motorik.

ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL

Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru - paru.

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabnga dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :

1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.

Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

3). Penimbunan karbondioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4). Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru - paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.


d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Perubahan pada sistem peredaran darah

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :

a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah

1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi

a. sirkulasi darah fetus

1). Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar

b). Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c). Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra

d). Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens

e). Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.

2). Sistem sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior

b). Ductus venosus : adalah cabang - cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior

c). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum

d). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi

e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter

f). Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien sedikit

g). Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior

h). Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal

b. Perubahan pada saat lahir

1). Penghentian pasokan darah dari plasenta

2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3). Penutupan foramen ovale

4). Fibrosis

a). Vena umbilicalis

b). Ductus venosus

c). Arteriae hypogastrica

d). Ductus arteriosus


Sirkulasi darah bayi sirkulasi darah janin

3. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL


4. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

a. melalui penggunaan ASI

b. melaui penggunaan cadangan glikogen

c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).

Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

5. Perubahan sistem gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lair.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan "gumoh" pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.

6. Sistem kekebalan tubuh/ imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

a. perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.

Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.




ua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis (Varney, 551-552)
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a. mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
a. Pada saat tali pusat dipotong.
Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan O2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat,mengakibatkan ductus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan Kekebalan Tubuh.
a. Pengaturan SuhuSuhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
b. Metabolisme GlukosaUntuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati.
c. Perubahan Sistem GastrointestinalReflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin.
d. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya :
1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2) Fungsi jaringan saluran nafas.
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh organisme asing.


Setelah lahir, janin harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi ini, yaitu :
maturasi, yaitu mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin,dan ini berhubungan erat dengan masa gestasi dibanding dengan berat badan lahir
adaptasi,diperlukan oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru]
toleransi,kemampuan untuk bertahan dan menyesuaikan diri terhadap paparan lingkungan ekstrauterin

Proses-proses perkembangan bayi baru lahir:
Respirasi : Bayi rata-rata akan bernapas 30 detik setelah kelahiran.Rangsangan untuk gerakan napas bayi,pertama- tama adalah : tekanan mekanis dari thorax sewaktu melalui jalan lahir, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang kemoreseptor pada sinus karotikus,rangsangan dingin di daerah muka akan merangsang permulaan gerakan.
Jantung dan sirkulasi darah : Pada saat paru-paru berkembang,O2 alveoli meningkat dan resistensi pembuluh darah paru menurun,sehingga terjadi peningkatan aliran darah .Darah dari a.pulmonalis mengalir ke paru dan ductus arteriosus menutup.
Traktus digestivus : Pada traktus digestivus neonatus,mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium.Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa.Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali anzim amilase pankreas.
Hati : Segera setelah lahir,hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfologi yaitu peningkatan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen.
Metabolisme : Luas permukaan neonatus relatif lebih besar daripada orang dewasa sehingga matabolisme basal perKgBB labih besar.
Produksi panas : Bila suhu menurun,neonatus akan berusaha meningkatkan suhu dengan cara melakukan "pembakaran brown fat" yang akan memberikan lebih banyak energi per gram daripada lemak biasa
Keseimbangan asam basa : PH darah waktu lahir rendah karean glikolisis anaerobik
Keseimbangan air dan fungsi ginjal : Tubuh bayi baru lahir relatif lebih banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium.
Kelenjar endokrin : Selama dalam uterus,fetus mendapat hormon dari ibu.Pada waktu bayi baru lahir,kadang hormon tersebut masih berfungsi,misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjar mamae pada bayi
Susunan saraf pusat : Sewaktu lahir,fungsi motorik terutama adalah subkortikal.Setelah lahir jumlah cairan otak menurun sedangkan lemak dan protein meningkat.
Imunoglobulin : Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang dan lamina propium.Pada bayi baru lahir,hanya terdapat globulin gama G.

ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA “PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN”

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ASKEB NEO,BAYI DAN BALITA dengan tema masalah “Penyakit yang menyartai kehamilan” dengan dosen pembimbing Ida Sunarsih, Amd.Keb
Tidak lupa kami juga berterima kasih kepada
1. Teman-teman seperjuangan yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas ini
2. Serta dosen pembimbing ASKEB NEO,BAYI DAN BALITA dengan tema masalah “Penyakit yang menyartai kehamilan” dengan dosen pembimbing Ida Sunarsih ,Amd.Keb
Kami menyadari bahwa banyak penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan, maka kami membutuhkan kritik saran , demi terselesaikan makalah selanjutnya yang lebih sempurna.

Wasalamualaikum wr.wb
Pare, 2009

Penyaji












DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
Kehamilan Dengan Penyakit Jantung 2
Anemia dalam kehamilan 7
Hipertensi (tekanan darah tinggi) 9
Penyakit Paru 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Terdapat beberapa kelainan dan penyakit yang dapat menyertai kehamilan dan persalinan. Dengan makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, kelainan dan penyakit-penyakit yang dapat menyertai kehamilan bisa semakin berkurang. Diantara penyakit-penyakit itu perlu diketahui oleh bidan dalam menjalankan tugasnya ditengah man\syarakat. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya: jantung, hipertensi, endokrin, paru-paru dan penyakit darah. Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem cardiovascular, perubahannya diantaranya hipervelomia. Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi sebelum hamil, disebut juga sebagai pre eklamsi tidak murni

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penyakit Jantung dalam Kehamilan?
2. Bagaimana pengaruh penyakit Hipertensi dalam Kehamilan?
3. Bagaimana pengaruh penyakit Paru-paru dalam Kehamilan?
4. Bagaimana pengaruh penyakit Darah dalam Kehamilan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh penyakit Jantung dalam kehamilan.
2. Untuk mengetahui pengaruh penyakit Hipertensi dalam kehamilan.
3. Untuk mengetahui pengaruh penyakit Paru-paru dalam kehamilan.
4. Untuk mengetahui pengaruh penyakit Darah dalam kehamilan.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kehamilan Dengan Penyakit Jantung
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan – perubahan secara fisiologis. Perubahan tersebut disebabkan oleh :
1. Hipervolemi : dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap.
2. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim
Dalam kehamilan :
Denyut jantung dan nadi : meningkat
Pukulan jantung : meningkat
Volume darah : meningkat
Tekanan darah : menurun sedikit
Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung ( dekompensasi kordis ). Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4 %.
• Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung
Saat yang berbahaya bagi penderita jantung adalah :
Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya ( hipervolumia ).
Pada kala II dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung yang berat.
Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.
Pada masa nifas karena ada kemungkinan infeksi
• Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
Dapat terjadi abortus
Prematuritas : lahir tidak cukup bulan
Dismaturitas : lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
Kematian janin dalam rahim ( KJDR )
Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan :
Kelas I :
 Tanpa pembatasan kegiatan fisik
 Tanpa gejala pada kegiatan biasa
Kelas II :
 Sedikit dibatasi kegiatan fisiknya
 Waktu istirahat tidak ada keluhan
 Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung
 Gejalanya adalah lelah, palpitasi, sesak nafas dan nyeri dada
Kelas III :
 Kegiatan fisik sangat dibatasi
 Waktu istirahat tidak ada keluhan
 Sedikit kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufisiensi jantung
Kelas IV :
 Waktu istirahat dapat timbul keluhan insufisiensi jantung, apalagi kerja fisik yang tidak berat.
Kira-kira 80 % penderita adalah kelas I dan II serta kehamilan dapat meningkatkan kelas tersebut menjadi II, III atau IV. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah umur, anemia, adanya aritmia jantung dan hipertropi ventrikuler, dan pernah sakit jantung.
Diagnosis
1) Anamnesis :
Pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya
Pernah demam rematik
2) Pemeriksaan : auskultasi/palpasi
Empat kriterai ( Burwell & Metcalfe )
Adanya bising diastolik, presistolik, atau bising terus – menerus
Pembesaran jantung yang jelas
Adanya bising jantung yang nyaring disertai thrill
Aritmia yang berat
3) Pemeriksaan elektrokardiogram ( EKG )
Jika wanita hamil disangka menderita penyakit jantung,yang paling baik adalah dikonsultasikan kepada ahlinya.
Keluhan dan gejala : mudah lelah, dispnea, palipitasi kordis, nadi tidak teratur, edema/pulmonal dan sianosis. Hal ini dapat dikenal dengan mudah.
Penanganan
1. Dalam Kehamilan
 Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan mepupakan hal yang penting.
 Kerja sama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog, untuk penyakit jantung, harus dibina sedini mungkin.
 Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat anemia harus diobati.
 Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus diobati.
 Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak nafas, infeksi saluran pernafasan dan sianosis, penderita harus dirawat dirumah sakit untuk pengawasan dan pengobatan yang lebih intensif.
 Skema kunjungan antenatal : Setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali seminggu setelahnya.
 Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.
 Sebaiknya penderita dirawat 1-2 minggu sebelum taksiran persalinan.
 Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit:
 Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan
 Kelas II : Biasanya tidak memrlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28-36 minggu
 Kelas III : Memerlukan digitalisasi atau obat lain. Sebaiknya ditawat di rumah sakit sejak kehamilan 28-30 minggu
 Kelas IV : Harus dirawat dirumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerja sama dengan kardiologi

2. Dalam Persalinan
Penderita kelas I dan II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan persalinan per vagina, namun dengan pengawasan yang baik serta bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
 Membuat daftar his : daftar nadi, pernafasan, tekanan darah yang diawasi dan dicatat setiap 15 menit dalam kala I dan setiap 10 menit dalam kala II. Bila ada tanda – tanda payah jantung ( dekompensasi kordis ) diobati dengan digitalis. Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambahkan sampai dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan – lahan. Jika perlu suntikan dapat diulang 1-2 kali dalam 2 jam. Di kamar bersalin harus tersedi tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.
 Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila timbul tanda – tanda payah jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi, dan ditolong secara spontan.Dalam 20 – 30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstrasi vakum atau forceps. Kalau dijumpai disproporsi sefafopelvik, maka dilakukan sasio sesarea dengan lokal anastesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan beberapa ahli multidisiplin.
 Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesik seperti petidin dan lain – lain. Jangan diberikan barbiturat ( luminal ) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam beberapa jam.
 Kala II biasanya berjalan seperti biasa, pemberian ergometrin dengan hati – hati, biasanya sintometrin intramuskuler adalah aman.

3. Dalam pasca persalinan dan nifas
 Setelah bayi lahir, penderita dapat tiba – tiba jatuh kolaps, yang disebabkan darah tiba – tiba membanjir tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah. Hal ini harus diawasi dan dipahami oleh penolong. Selain itu perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.
 Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekutang – kurangnya 2 minggu setelah bersalin

4. Penanganan secara umum
 Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan jiwanya
 Bila hamil, sedini mungkin abortus buatan medikalis hendaknya dipertimbangkan untuk dikerjakan
 Pada kasus tertentu sangat dianjurkan untuk tidak hamil lagi dengan melakukan tubektomi, setelah penderita afebris, tidak anemis, dan sedikit keluhan
 Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi yang baik adalah IUD ( AKDR )

5. Masa laktasi
 Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II, yang sanggup melakukan kerja fisik
 Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV

2.2. Anemia dalam kehamilan
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal Hemoglobin 12 – 15 % dan mehatokrit 35 – 54 %. Angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil. Penyebab anemia umunya dikarenakan :
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diet
3. Malabsorbsi
4. Kehilangan banyak darah (persalinan yang lalu, haid, dll)
5. Penyakit kronik, TBC, Paru, Cacing usus, Malaria
Pengaruh anemia terhadap keamilan, persalinan, nifas.
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Inersia uteri dan partus lama
4. Atonio uteri
5. Syok
6. Infeksi intrapartum
Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
Hasil konsepsi membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, jadi bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah :
1. Kematian mudigah (keguguran)
2. Kematian janin waktu lair (Stillbirth)
3. Kematian perinatal tinggi
4. Prematuritas
Klasifikasi anemia dalam kehamilan
a. Anemia defisiensi besi
Anemia ini terjadi sekitar 62,3%. Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik
b. Anemia megaloblastik
Biasanya berbentuk makrositik atau penisiosa. Penyebabnya karena kekurangan asam folik, tetapi biasanya disebabkan karena malnutrisi dan infeksi kronik
c. Anemia hipoplasi
Anemia hipoplasi disebabkan hipo fungsi sumsum tulang, pembentukan sel darah merah baru.
d. Anemia hemolitik
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya, gejaa utaanya adalah anemia dengan kelainan gambaran darah, kelelahan dam kelemahan
2.3. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Yang dimaksud dengan hipertensi disertai kehamilan adalah hipertensi yang telah ada sebelum kehamilan. Penyebab utamanya adalah hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
a. Hipertensi Esensial
Ini disebabkan faktor herediter / lingkungan dan faktor emosi yang labil. Dalam waktu panjang Hipertensi Esensial memberikan gejala pada organ vital seperti jantung, kelainan ginjal atau terjadi serangan perdarahan mendadak.
Sikap bidan untuk menghadapi Hipertensi esensial adalah apabila dijumpai Px dengan tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sudah harus mendapat perhatian bidan, untuk menanggulanginya. Apabila dalam tenggang waktu 6 jam tekanan darah masih tetap, sebaiknya ibu hamil dikonsultasikan kepada dokter puskesmas atau tempat lain, karena dimungkinkan hipertensi esensial dapat menjadi preeklamsi.
b. Hipertensi pada penyakit ginjal
Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dengan gejala adalah suhu badan meningkat dan gangguan miksi. Bidan menangani pasien sebaiknya dengan konsultasi dengan dokter dengan tempat dan kelengkapan yang cukup.

2.4. Penyakit Paru
Pada persalinan kala II diafragma dan paru dapat membantu mempercepat persalinan dengan jalan mengejan dan menahan nafas. Beberapa penyakit paru yang penting antara lain:
a. Tuberculosis Paru
Penyakit TBC masih banyak dijumpai sekitar ½ % dampai 1 % wanita hamil. Penyakit yang aktif ini memerlukan pengobatan yang tepat dan pengawasan yang lebih efektif.
b. Penyakit Asma
Penyakit asma pada kehamilan kadang bertambah berat / malah berkurang. Dalam batas wajar penyakit asma tidak banyak pengaruhnya terhadap kehamilan. Penyakit asma berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2
c. Penyakit Pneumonia
Penyakit radang paru dapat terjadi saat hamil, persalinan atau kala nifas. Pneumonia kehamilan memberikan gejala panas badan tinggi, gangguan pernafasan mengganggu pertukaran O2 dan CO2 sehingga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat sampai terjadi keguguran dan persalinan prematur.
d. Bronkitis
Bronchitis pada kehamilan dijumpai ringan sehingga tidak membahayakan jiwa ibu maupun janin. Dengan pengobatan biasa menyebabkan sebagian besar sembuh.



















BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan :
a. Dapat terjadi abortus
b. Prematuritas : lahir tidak cukup bulan
c. Dismaturitas : lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
d. Lahir dengan apgar rendah / lahir mati
e. Kematian janin dalam rahim (KJOP)
2. Penyebab utama hipertensi dalam kehamilan
a. Hipertensi esensial
b. Penyakit ginjal
3. Kemungkinan diabetes dalam kehamilan lebih besar bila;
a. Umur sudah mulai tua
b. Multiparitas
c. Gemuk
d. Ada anggota keluarga sakit diabetes
e. Anak lahir dengan berat badan besar
f. Ada sejarah lahir mati dan anak besar
g. Sering abortus
4. Penyebab anemia umumnya adalah
a. Kurang gizi, kurang zat besi dalam diet
b. Kehilangan darah yang banyak; persalinan yang lalu, haid, dll.
c. Penyakit-penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dll.
5. Beberapa penyakit paru yang penting adalah Tuberculosis paru, asma bronkios, bronchitis dan influenza.




DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede . 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Muchtar, Rustam. 1998. Sinobsis Obstetri. Jiklid 1. Jakarta : EGC

Siklus Menstruasi

Siklus Menstruasi
Fisiologi Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.











GamDar 1. mompleKs Hipotalamus-Hipofisis - Ovarium
Siklus Menstruasi Normal
Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim, terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalan-tnya disebut sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2 LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3 PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin









Gambar 2. Siklus Hormonal
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graqj'yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteurn, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. 1311a tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
2 Mass proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3 Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan clan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi beker a mematangkan sel telur yang berasal dari I folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitn-,nya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2 Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata. 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium Berta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan.feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon. LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron.
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke I uteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

MAKALAH TANSPLANTASI ORGAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Karunia – Nya yang telah dilimpahkan kepada kami kelompok 4 sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul “ TRANSPLANTASI ORGAN “.
Dalam penyusunan makalah ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kami kepada :
1. Bapak Drs. Rayung Mowo B., MA, selaku Dosen yang membimbing dan mendukung kami dalam belajar
2. Teman – teman yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak tetap kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan banyak terima kasih.

Pare, November 2009

Penulis













DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1. Definisi Transplantasi Organ 2
2.2. Tujuan Transplantasi Organ 2
2.3. Jenis-jenis Transplantasi Organ 3
2.4. Transplantasi Organ Menurut Pandangan Iman Kristen 3
BAB III PENUTUP 5
3.1. Kesimpulan 5
3.2. Saran 5
DAFTAR PUSTAKA 6














BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Transplantasi Organ adalah proses pemindahan seluruh atau sebagian organ tubuh dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain.
Fungsi Transplantasi Organ adalah untuk mengganti organ yang sudah rusak dan juga berfungsi sebagai penerima donor pada orang yang masih hidup ataupun sudah mati.
Sesuai perhatian di atas, maka apabila menghadapi pasien yang mengalami gangguan fungsi organ tubuh yang kiat keperawatan sebaiknya kita dapat membantu mengatasi masalah pasien tersebut adalah satu dengan cara Transplantasi Organ.

1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Transplantasi Organ?
2. Apa tujuan pemberian Transplantasi Organ?
3. Apa sajakah jenis-jenis Transplantasi Organ?
4. Bagaimana tindakan pencegahan dan reaksi?
5. Bagaimana pandangan Iman Kristen tentang Transplantasi Organ?

1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian Transplantasi Organ.
2. Tujuan pemberian Transplantasi Organ.
3. Jenis-jenis Transplantasi Organ.
4. Tindakan yang harus diperhatikan saat Transplantasi Organ.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Transplantasi Organ
Transplantasi Organ adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ tubuh dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain.
Transplantasi Organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat, ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan. Tindakan medik ini tidak dapat dilakukan hanya dengan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral.
Kendala yang biasanya dihadapi dalam transplantasi organ yaitu terbatasnya jumlah donor keluarga dan donasi organ jenasah. Karena itu diperlukan kerja sama yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat) pemerintah dan swasta.
2.2. Tujuan Transplantasi Organ
1. Memperbaiki dan mengganti organ atau jaringan yang mengalami gangguan fungsi.
2. Menolong seorang pasien dengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuh.
3. Memberikan rasa nyaman kepada pasien.
4. Mengetahui bagian – bagian organ yang rusak
Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Adanya kelainan atau gangguan pada organ tubuh yang akan di transplantasikan.
2. Mengetahui atau memeriksa lebih dahulu bagaimana keadaan atau kesehatan orang yang akan melakukan transplantasi
2.3. Jenis – jenis Transplantasi Organ
Ada 4 jenis transplantasi organ yaitu:
1. Transplantasi Autologus
Yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam tubuh itu sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.
2. Transplantasi Alogenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.
3. Transplantasi Singenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik, misalnya pada kembar identik
4. Transplantasi Xenograf
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau dari jenasah orang yang baru meninggal. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti ; kulit, ginjal, sumsum tulang dan darah (transfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenasah yaitu : jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.

2.4. Transplantasi Organ menurut Pandangan Iman Kristen
Pada umumnya Gereja memperkenankan transplantasi organ tubuh, adalah Injil Kehidupan, menurut pandangan Iman Kristen transplantasi organ merupakan salah satu bentuk perbuatan yang terpuji karena dapat membantu orang yang kesehatan tubuhnya terganggu atau sakit dan juga ingin menyelamatkan jiwa seseorang. Apabila donor organ tubuh adalah seorang yang telah meninggal dunia, maka tidak timbiul masalah normal. Seorang yang mungkin berkehendak untuk mendonorkan tubuhnya dan memperuntukkannya bagi tujuan-tujuan yang berguna, yang secara moral tidak bercela dan bahkan luhur dan punya keinginan untuk menolong orang yang sakit dan menderita maka keputusan ini tidak dikutuk melainkan dibenarkan.
Kaitan transplantasi organ menurut Firman Tuhan :
• Kejadian 2 : 21 – 22 , lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.




























BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Transplantasi organ merupakan suatu proses pemindahan atau pencangkokan sel, jaringan maupun organ tubuh dari seseorang yang sehat ke orang yang sakit dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan atau organ tubuh yang mengalami gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Orang yang bisa melakukan transplantasi organ adalah orang yang telah meninggal dunia ke orang yang hidup dan bisa dari orang yang hidup ke orang lain. Dan sebelum melakukan transplantasi organ harus ada persetujuan dari keluarga orang tersebut atau pribadi orang tersebut. Agama tidak melarang untuk melakukan transplantasi organ karena merupakan suatu perbuatan yang mulia.

3.2. Saran
a. Bagi Pasien
• Orang-orang yang ingin menyumbangkan salah satu organ tubuhnya adalah orang yang dalam keadaan sehat atau aman.
• Harus ada persetujuan dari keluarganya
• Kita yang merasa aman dan sehat wajib menyumbangkan salah satu organ tubuh kita bagi orang yang membutuhkan.
b. Bagi Perawat
• Sebelum melakukan tindakan perawat wajib menjelaskan akibat-akibat, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan cara operasi.
• Perawat wajib bersikap tulus, ikhlas dan penuh tanggung jawab.
• Perawat harus menggunakan segala ilmu dan keterampilan untuk kepentingan penderita.




DAFTAR PUSTAKA

Transplantasi Rejection. Available from file / 6 : 1

Transplantasi Rejection – Wikipedia, The from encyclopedia

PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ASKEB NEO,BAYI DAN BALITA dengan tema masalah “Penyakit yang menyartai kehamilan” dengan dosen pembimbing Ida Sunarsih, Amd.Keb
Tidak lupa kami juga berterima kasih kepada
1. Teman-teman seperjuangan yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas ini
2. Serta dosen pembimbing ASKEB NEO,BAYI DAN BALITA dengan tema masalah “Penyakit yang menyartai kehamilan” dengan dosen pembimbing Ida Sunarsih ,Amd.Keb
Kami menyadari bahwa banyak penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan, maka kami membutuhkan kritik saran , demi terselesaikan makalah selanjutnya yang lebih sempurna.

Wasalamualaikum wr.wb
Pare, 2009

Penyaji












DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
Kehamilan Dengan Penyakit Jantung 2
Anemia dalam kehamilan 7
Hipertensi (tekanan darah tinggi) 9
Penyakit Paru 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Terdapat beberapa kelainan dan penyakit yang dapat menyertai kehamilan dan persalinan. Dengan makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, kelainan dan penyakit-penyakit yang dapat menyertai kehamilan bisa semakin berkurang. Diantara penyakit-penyakit itu perlu diketahui oleh bidan dalam menjalankan tugasnya ditengah man\syarakat. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya: jantung, hipertensi, endokrin, paru-paru dan penyakit darah. Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem cardiovascular, perubahannya diantaranya hipervelomia. Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi sebelum hamil, disebut juga sebagai pre eklamsi tidak murni

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penyakit Jantung dalam Kehamilan?
2. Bagaimana pengaruh penyakit Hipertensi dalam Kehamilan?
3. Bagaimana pengaruh penyakit Paru-paru dalam Kehamilan?
4. Bagaimana pengaruh penyakit Darah dalam Kehamilan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh penyakit Jantung dalam kehamilan.
2. Untuk mengetahui pengaruh penyakit Hipertensi dalam kehamilan.
3. Untuk mengetahui pengaruh penyakit Paru-paru dalam kehamilan.
4. Untuk mengetahui pengaruh penyakit Darah dalam kehamilan.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kehamilan Dengan Penyakit Jantung
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan – perubahan secara fisiologis. Perubahan tersebut disebabkan oleh :
1. Hipervolemi : dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap.
2. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim
Dalam kehamilan :
Denyut jantung dan nadi : meningkat
Pukulan jantung : meningkat
Volume darah : meningkat
Tekanan darah : menurun sedikit
Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung ( dekompensasi kordis ). Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4 %.
• Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung
Saat yang berbahaya bagi penderita jantung adalah :
Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya ( hipervolumia ).
Pada kala II dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung yang berat.
Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.
Pada masa nifas karena ada kemungkinan infeksi
• Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
Dapat terjadi abortus
Prematuritas : lahir tidak cukup bulan
Dismaturitas : lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
Kematian janin dalam rahim ( KJDR )
Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan :
Kelas I :
 Tanpa pembatasan kegiatan fisik
 Tanpa gejala pada kegiatan biasa
Kelas II :
 Sedikit dibatasi kegiatan fisiknya
 Waktu istirahat tidak ada keluhan
 Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung
 Gejalanya adalah lelah, palpitasi, sesak nafas dan nyeri dada
Kelas III :
 Kegiatan fisik sangat dibatasi
 Waktu istirahat tidak ada keluhan
 Sedikit kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufisiensi jantung
Kelas IV :
 Waktu istirahat dapat timbul keluhan insufisiensi jantung, apalagi kerja fisik yang tidak berat.
Kira-kira 80 % penderita adalah kelas I dan II serta kehamilan dapat meningkatkan kelas tersebut menjadi II, III atau IV. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah umur, anemia, adanya aritmia jantung dan hipertropi ventrikuler, dan pernah sakit jantung.
Diagnosis
1) Anamnesis :
Pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya
Pernah demam rematik
2) Pemeriksaan : auskultasi/palpasi
Empat kriterai ( Burwell & Metcalfe )
Adanya bising diastolik, presistolik, atau bising terus – menerus
Pembesaran jantung yang jelas
Adanya bising jantung yang nyaring disertai thrill
Aritmia yang berat
3) Pemeriksaan elektrokardiogram ( EKG )
Jika wanita hamil disangka menderita penyakit jantung,yang paling baik adalah dikonsultasikan kepada ahlinya.
Keluhan dan gejala : mudah lelah, dispnea, palipitasi kordis, nadi tidak teratur, edema/pulmonal dan sianosis. Hal ini dapat dikenal dengan mudah.
Penanganan
1. Dalam Kehamilan
 Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan mepupakan hal yang penting.
 Kerja sama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog, untuk penyakit jantung, harus dibina sedini mungkin.
 Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat anemia harus diobati.
 Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus diobati.
 Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak nafas, infeksi saluran pernafasan dan sianosis, penderita harus dirawat dirumah sakit untuk pengawasan dan pengobatan yang lebih intensif.
 Skema kunjungan antenatal : Setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali seminggu setelahnya.
 Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.
 Sebaiknya penderita dirawat 1-2 minggu sebelum taksiran persalinan.
 Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit:
 Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan
 Kelas II : Biasanya tidak memrlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28-36 minggu
 Kelas III : Memerlukan digitalisasi atau obat lain. Sebaiknya ditawat di rumah sakit sejak kehamilan 28-30 minggu
 Kelas IV : Harus dirawat dirumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerja sama dengan kardiologi

2. Dalam Persalinan
Penderita kelas I dan II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan persalinan per vagina, namun dengan pengawasan yang baik serta bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
 Membuat daftar his : daftar nadi, pernafasan, tekanan darah yang diawasi dan dicatat setiap 15 menit dalam kala I dan setiap 10 menit dalam kala II. Bila ada tanda – tanda payah jantung ( dekompensasi kordis ) diobati dengan digitalis. Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambahkan sampai dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan – lahan. Jika perlu suntikan dapat diulang 1-2 kali dalam 2 jam. Di kamar bersalin harus tersedi tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.
 Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila timbul tanda – tanda payah jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi, dan ditolong secara spontan.Dalam 20 – 30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstrasi vakum atau forceps. Kalau dijumpai disproporsi sefafopelvik, maka dilakukan sasio sesarea dengan lokal anastesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan beberapa ahli multidisiplin.
 Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesik seperti petidin dan lain – lain. Jangan diberikan barbiturat ( luminal ) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam beberapa jam.
 Kala II biasanya berjalan seperti biasa, pemberian ergometrin dengan hati – hati, biasanya sintometrin intramuskuler adalah aman.

3. Dalam pasca persalinan dan nifas
 Setelah bayi lahir, penderita dapat tiba – tiba jatuh kolaps, yang disebabkan darah tiba – tiba membanjir tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah. Hal ini harus diawasi dan dipahami oleh penolong. Selain itu perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.
 Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekutang – kurangnya 2 minggu setelah bersalin

4. Penanganan secara umum
 Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan jiwanya
 Bila hamil, sedini mungkin abortus buatan medikalis hendaknya dipertimbangkan untuk dikerjakan
 Pada kasus tertentu sangat dianjurkan untuk tidak hamil lagi dengan melakukan tubektomi, setelah penderita afebris, tidak anemis, dan sedikit keluhan
 Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi yang baik adalah IUD ( AKDR )

5. Masa laktasi
 Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II, yang sanggup melakukan kerja fisik
 Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV

2.2. Anemia dalam kehamilan
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal Hemoglobin 12 – 15 % dan mehatokrit 35 – 54 %. Angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil. Penyebab anemia umunya dikarenakan :
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diet
3. Malabsorbsi
4. Kehilangan banyak darah (persalinan yang lalu, haid, dll)
5. Penyakit kronik, TBC, Paru, Cacing usus, Malaria
Pengaruh anemia terhadap keamilan, persalinan, nifas.
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Inersia uteri dan partus lama
4. Atonio uteri
5. Syok
6. Infeksi intrapartum
Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
Hasil konsepsi membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, jadi bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah :
1. Kematian mudigah (keguguran)
2. Kematian janin waktu lair (Stillbirth)
3. Kematian perinatal tinggi
4. Prematuritas
Klasifikasi anemia dalam kehamilan
a. Anemia defisiensi besi
Anemia ini terjadi sekitar 62,3%. Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik
b. Anemia megaloblastik
Biasanya berbentuk makrositik atau penisiosa. Penyebabnya karena kekurangan asam folik, tetapi biasanya disebabkan karena malnutrisi dan infeksi kronik
c. Anemia hipoplasi
Anemia hipoplasi disebabkan hipo fungsi sumsum tulang, pembentukan sel darah merah baru.
d. Anemia hemolitik
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya, gejaa utaanya adalah anemia dengan kelainan gambaran darah, kelelahan dam kelemahan
2.3. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Yang dimaksud dengan hipertensi disertai kehamilan adalah hipertensi yang telah ada sebelum kehamilan. Penyebab utamanya adalah hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
a. Hipertensi Esensial
Ini disebabkan faktor herediter / lingkungan dan faktor emosi yang labil. Dalam waktu panjang Hipertensi Esensial memberikan gejala pada organ vital seperti jantung, kelainan ginjal atau terjadi serangan perdarahan mendadak.
Sikap bidan untuk menghadapi Hipertensi esensial adalah apabila dijumpai Px dengan tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sudah harus mendapat perhatian bidan, untuk menanggulanginya. Apabila dalam tenggang waktu 6 jam tekanan darah masih tetap, sebaiknya ibu hamil dikonsultasikan kepada dokter puskesmas atau tempat lain, karena dimungkinkan hipertensi esensial dapat menjadi preeklamsi.
b. Hipertensi pada penyakit ginjal
Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dengan gejala adalah suhu badan meningkat dan gangguan miksi. Bidan menangani pasien sebaiknya dengan konsultasi dengan dokter dengan tempat dan kelengkapan yang cukup.

2.4. Penyakit Paru
Pada persalinan kala II diafragma dan paru dapat membantu mempercepat persalinan dengan jalan mengejan dan menahan nafas. Beberapa penyakit paru yang penting antara lain:
a. Tuberculosis Paru
Penyakit TBC masih banyak dijumpai sekitar ½ % dampai 1 % wanita hamil. Penyakit yang aktif ini memerlukan pengobatan yang tepat dan pengawasan yang lebih efektif.
b. Penyakit Asma
Penyakit asma pada kehamilan kadang bertambah berat / malah berkurang. Dalam batas wajar penyakit asma tidak banyak pengaruhnya terhadap kehamilan. Penyakit asma berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2
c. Penyakit Pneumonia
Penyakit radang paru dapat terjadi saat hamil, persalinan atau kala nifas. Pneumonia kehamilan memberikan gejala panas badan tinggi, gangguan pernafasan mengganggu pertukaran O2 dan CO2 sehingga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat sampai terjadi keguguran dan persalinan prematur.
d. Bronkitis
Bronchitis pada kehamilan dijumpai ringan sehingga tidak membahayakan jiwa ibu maupun janin. Dengan pengobatan biasa menyebabkan sebagian besar sembuh.



















BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan :
a. Dapat terjadi abortus
b. Prematuritas : lahir tidak cukup bulan
c. Dismaturitas : lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
d. Lahir dengan apgar rendah / lahir mati
e. Kematian janin dalam rahim (KJOP)
2. Penyebab utama hipertensi dalam kehamilan
a. Hipertensi esensial
b. Penyakit ginjal
3. Kemungkinan diabetes dalam kehamilan lebih besar bila;
a. Umur sudah mulai tua
b. Multiparitas
c. Gemuk
d. Ada anggota keluarga sakit diabetes
e. Anak lahir dengan berat badan besar
f. Ada sejarah lahir mati dan anak besar
g. Sering abortus
4. Penyebab anemia umumnya adalah
a. Kurang gizi, kurang zat besi dalam diet
b. Kehilangan darah yang banyak; persalinan yang lalu, haid, dll.
c. Penyakit-penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dll.
5. Beberapa penyakit paru yang penting adalah Tuberculosis paru, asma bronkios, bronchitis dan influenza.




DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede . 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Muchtar, Rustam. 1998. Sinobsis Obstetri. Jiklid 1. Jakarta : EGC