Selasa, 18 Mei 2010

KELUARGA BERENCANA DAN KONTRASEPSI

KELUARGA BERENCANA
DAN KONTRASEPSI

A. Konseling
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan konseling. Jenis dan bobot konseling yang diberikan sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya.
Konseling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri.
Tujuan konseling adalah;
1. Memahami diri secara lebih baik
2. Mengarahkan perkembangan diri dan masalah yang dihadapi
3. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi sehingga
a. Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif
b. Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
c. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri
d. Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan
e. Memperoleh dan merasakan kebahagiaan
Dalam konseling diadakan percakapan dua arah untuk;
1. Membahas dengan calon peserta berbagai pilihan kontrasepsi yang tersedia
2. Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekwensi pilihannya, baik secara medis maupun non-medis agar tidak menyesal kemudian.
3. Membantu calon peserta KB memutuskan pilihannya atas metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan khusus pribadi dan keluarganya.
4. Membantu peserta KB dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi barunya, terutama bila ia mengalami berbagai permasalahan.


Informasi yang diberikan meliputi:
1. Arti keluarga berencana
2. Manfaat keluarga berencana
3. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi
4. Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya
5. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional
6. Rujukan pelayanan kontrasepsi.

Teknik – teknik konseling yang biasa dipergunakan
1. Cara Supportif; untuk memberikan dukungan kepada peserta / calon peserta, karena mereka dalam keadaan bingung dan ragu-ragu yaitu dengan menenangkan / menentramkan dan menumbuhkan kepercayaan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk membantu dirinya sendiri.
2. Katarsis, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan dan menyalurkan semua perasaan yang dipunyainya untuk menimbulkan perasaan lega.
3. Membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan yang tersirat dalam ucapannya.
4. Memberikan semua informasi yang diperlukannya untuk membantu peserta/calon peserta membuat keputusan.
Perhatian :
Seyogyanya petugas tidak memberikan nasehat, karena ini berarti kita yang membuat keputusan. Tetapi adakalanya kita dituntut untuk memberikan nasehat. Dalam hal ini kita harus memperhatikan bagaimana mereka menerima nasehat tersebut. Supaya mereka mau menerima dan melaksanakan suatu nasehat, maka
1. Peserta/calon peserta harus diajak ikut serta menemukan nasehat yang cocok dan sesuai dengan dirinya.
2. Nasehat harus diberikan dengan sangat hati-hati.



B. Memilih Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah:
1. Aman/tidak berbahaya
2. Dapat diandalkan
3. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter
4. Murah
5. Dapat diterima oleh orang banyak
6. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi)
Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi :
1. Faktor pasangan – motivasi dan rehabilitas
a. Umur
b. Gaya hidup
c. Frekuensi Senggama
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
f. Sikap kewanitan
g. Sikap kepriaan
2. Faktor kesehatan – kontraindikasi absolut atau relatif
a. Status kesehatan
b. Riwayat haid
c. Riwayat keluarga
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan panggul
3. Faktor metode kontrasepsi – penerimaan dan pemakaian berkesinambungan
a. Efektivitas
b. Efek samping minor
c. Kerugian
d. Komplikasi yang potensial
e. Biaya
Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua sudut.
1. Pihak calon akseptor
Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100% sempurna, maka ada dua hal yang sangat penting yang ingin diketahui oleh pasangan calon akseptor, yaitu
a. Efektifias
Petugas KB sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut
1) “Apakah metode ini benar-benar ampuh?”
2) “Metode apa yang paling efektif?”
3) “Metode apa yang paling efektif untuk saya?”
4) “Apakah saya dapat menjadi hamil bila telah ikut KB?”
Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secara pasti untuk setiap individu wanita dianggap paling baik untuk menjawabnya dengan 2 cara
1) Angka kegagalan bagi pasangan suami istri yang memakai metode kontrasepsi secara konsisten dan benar (theoretical atau biological effectiveness), kegagalan cara (kegagalan metode) – Method failure
2) Angka kegagalan bagi pasangan suami istri dalam kondisi kehidupan sehari-hari/sebenarnya(use effectiveness’), kegagaglan pemakai (User failure)
METODE KONTRASEPSI KEGAGALAN PER 100 WANITA
Teoritis (%) Praktek (%)
Kontrasepsi Wanita/MOW
Kontrasepsi Pria/MOP/Vasektomi
Suntikan
Pil Oral Kombinasi (POK)
IUD
Pil-mini
Kondom
Diafragma (dengan spermisid)
Spons (Sponge) (dengan spermisid)
Kap serviks (Cervival cup)
Foams, creams, jellies
Vaginal suppositories
Coitus interuptus
KB alamiah
Vaginal douching
Laktasi
Tanpa kontrasepsi 0.04
0.15
0.25
0.5
1
1-3
2
2
-
2

3-5
16
2-20
-
15
90 0.1-0.5
0.2-0.6
3-5
4-10
5-12
5-6
10-20
19
10-20
13

18
20-40
20-40
40
40-50
90

b. Keamanan
Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua kontrasepsi juga menimbulkan resiko tertentu pada pemakainya, yaitu :
1) Resiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian. Hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain.
2) Adanya resiko yang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan, misalnya sanggama menjadi kurang/tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan lain-lain.
2. Pihak Medis/Petugas KB
Disamping kedua hal tersebut diatas, untuk fihak medis/petugas KB masih ada hal-hal lain yang pening dan perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Dalam upaya melindungi kesuburan/fertilitas dari akseptor harus diingat bahwa ;
1) Pil oral yang mempunyai efek protektif terhadap Pelvic inflammatory Disease. Sehingga mungkin merupakan kontrasepsi yang ideal untuk wanita yang untuk beberapa tahun ingin aktif secara seksual sebelum mengandung/hamil.
2) IUD yang menyebabkan resiko Pelvic Inflammatory Disease lebih tinggi (1.5 – 5 x) merupakan pilihan yang paling tidak menarik untuk seorang wanita yang masih menginginkan anak di kemudian hari.
3) Meskipun sekarang dengan bedah mikro, kontap pada pria maupun wanita dapat dipulihkan kembali, haruslah ditekankan bahwa merode kotap ini dianggap sebagai metode yang permanen.
b. Keuntungan non kontraseptif
Perlu disadari pula oleh petugas KB dan akseptor akan keuntungan non-kontraseptif dari metode kontrasepsi tertentu, seperti:
1) Efek terapeutik dari pil-oral untuk wanita dengan Kista ovarium (Polikistik, fungsional)atau penyakit payudara fibrikistik.
2) Efek protektif dari pil-oral, Kondom dan Spermisid terhadap Pelvic Inflammatory Disease
c. Kontra indikasi
Yaitu suatu kondisi yang menyebabkan suatu bentuk pengobatan yang seharusnya disarankan/dilakukan, tidak dianjurkan atau tidak aman.
Dikenal tiga macam kontra-indikasi
1) Absolut : jangan memakai
2) Relatif kuat : dianjurkan untuk tidak memakai
3) Relatif lainnya: dapat dicoba asal diawasi dengan ketat.
d. Tanda-tanda bahaya
Calon akseptor harus diberitahu tanda-tanda bahaya dari metode kontrasepsi yang sedang dipertimbangkan olehnya, khususnya untuk calon akseptor pil-oral dan IUD.
1) Tanda bahaya pil-Oral
- Sakit perut yang hebat
- Sakit dada yang hebat atau “nafas pendek”
- Sakit kepala yang hebat
- keluhan mata seperti penglihatan kabur atau tidak dapat melihat
- sakit tungkai bawah yang hebat (betis atau paha)
2) Tanda bahaya IUD
- Terlambat haid/amenore
- Sakit perut
- Demam tinggi/menggigil
- Keputihan yang sangat banyak/sangat berbau
- Spotting, perdarahan per-vaginam, haid yang banyak, bekuan-bekuan darah
3) Tanda bahaya suntikan
- Pertambahan berat badan yang menyolok
- Sakit kepala yang hebat
- Perdarahan per-vaginam yang banyak
- Depresi
- Polyuri
C. Menghindari pendekatan “Poli-farmasi”
Apakah anda memberi:
1. Diuretika untuk akseptor per-oral yang kemudian menderita hipertensi?
2. Obat-obat penekan nafsu makan untuk akseptor pil-oral yang berat badannya bertambah 10 kg?
3. Obat analgetika untuk akseptor pil-oral dengan sakit kepala migraine?
4. Mengobati PID sambil membiarkan IUD in-utero?
Tindakan terbaik adalah menghentikan kontrasepsi yang menyebabkan kelainan, dari pada melindungi penyebabnya dengan jalan memberikan lebih banyak obat-obatan lainnya.
D. Kerjasama antara suami-istri
Metode kontrasepsi tertentu tidak dapat dipakai tanpa kerja sama pihak suami, misalnya coitus-interuptus, kondom, spermisid.
Metode fertility awareness atau metode “ kesadaran akan fertilitas’ membutuhkan kerjsama dan saling percaya-mempercayai antara pasangan suami istri. Di lain pihak, IUD, pil-oral, suntikan, kadang-kadang digunakan oleh pihak istri tanpa sepengetahuan/dukungan suami.
Keadaan yang paling ideal adalah bahwa suami dan istri harus bersama-sama:
1. Memilih metode kontrasepsi terbaik
2. Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi
3. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi
4. Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi







BEBERAPA MACAM METODE KONTRASEPSI

A. Metode Sederhana
1. Metode Kalender (Ogino – Knaus) ( Tanpa Alat)
“Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6 – 12 bulan terakhir.”
Tahun 1930 Kyusaku Ogino dari Jepang dan Herman Knaus di Austria, yang bekerja sendiri-sendiri menemukan bahwa :
Ogino : ovulasi umumnya terjadi pada hari ke 15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12 – 16 hari sebelum haid yang akan datang
Knaus : ovulasi selalu terjadi pada hari ke 15 sebelum haid yang akan datang
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari.
Tehnik Metode Kalender
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
a. Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal dari masa suburnya.
b. Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan awal dari masa suburnya.
Kalkulasi masa subur tradisional didasarkan pada 3 asumsi;
a. Ovulasi terjadi pada hari ke 14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
b. Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
c. Ovum hidup dalam 24 jam
Diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih
Hari pertama persangkaan masa subur : siklus terpendek – 18
Asal angka 18 : 14 + 2 + 2
 hari hidup spermatozoa
Hari terakhir persangkaan masa subur : siklus terpanjang – 11
Asal angka 18 : 14 – 2 – 1
 hari hidup ovum
Efektifitas Metode Kalender
Angka kegagalan : 14.4 – 47 kehamilan pada 100 wanita per tahun

2. Metode Kondom Pria (Dengan Alat)
“Menghakangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genetalia interna wanita”
Pada masa kini, kondom yang merupakan metode kontrasepsi pria yang telah lm dikenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam bidang Keluarga Berencana maupun dalam bidang lain.
Keuntungan Kondom:
a. Mencegah kehamilan
b. Memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS)
c. Dapat diandalkan
d. Relatif murah
e. Sederhana, ringan, disposable
f. Reversible
g. Pria ikut secara aktif dalam program KB
Kerugian Kondom:
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pada setiap senggama

B. Metode Modern
1. Pil-Oral (Kontrasepsi Hormonal)
Baru pada tahun 1930-an para peneliti mengumpulkan cukup banyak informasi mengenai siklus haid dalam hubungannya dengan waktu senggama yang mungkin sekali menghasilkan konsepsi.
Sekitar tahun 1950-an untuk pertama kalinya diperkenalkan kontrasepsi Pil oral. Sejak saat itu sampai sekarang terdapat kecenderungan makin rendahnya dosis dan komponen estrogen dan progesterone di dalam pil.
Pada awal tahun 1960-an, mengandung 50 – 150 mg estrogen d an 1 – 10 mg progesterone. Pada saat ini, umumnya pil mengandung 30 – 50 mg estrogen dan 1 mg atau kurang progesterone.
Pengetahuan tentang daya kontraseptif dari progesterone menghasilkan sejumlah penemuan baru yang hanya berisikan progesterone saja, misalnya mini-pil, suntikan, IUD yang mengandung progesterone, implant dan vaginal ring yang mengandung progesterone.
Para peneliti juga sedang meneliti pendekatan hormonal lainnya untuk mengontrol kesuburan wanita, antara lain GnRH-antgonist yang menekan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dihasilkan oleh Hipotalamus, tetapi zat ini juga menimbulkan persoalan lain yaitu terjadinya hypoestrogenism yang selanjutnya mempengaruhi keseimbangan mineral di dalam tulang atau menyebabkan keadaan menopause-buatan.
Macam-macam Kontrasepsi Hormon Streroid
I) Pil Kombinasi
a. Pil Oral Kombinasi (POK)
1) Mengandung estrogen dan progesterone
2) Terdapat beberapa macam POK
- Monophasic
Jumlah dan proporsi hormonnya konstan setiap hari
- Multiphasic
Dosis hormon bervariasi setiap hari dalam satu siklus. Contoh: Pil Bipasic dan Pil Triphasic
b. Pil Sequential
1) Terdiri dari estrogen saja untuk 14 – 16 hari
2) Disusul tablet kombinasi untuk 5 – 7 hari
c. Pil Serial
Sama seperti Pil Sequential, hanya ditambah dengan 7 tablet placebo agar menjadi 28 tablet
d. Pil Incremental
1) Estrogen dosis rendah sejak hari pertama siklus, yang perlahan-lahan dinaikkan sampai mencapai 0.1 mcg
2) Progesterone diberikan hanya pada 5 hari terakhir
II) Kontrasepsi mengandung Progestin saja
a. Progesterone dosis sama = Mini – Pil
b. Suntikan
c. IUD yang mengandung progestin
d. Implant
e. Vaginal ring = cincin vagina
III) Kontrasepsi Post-Coital
a. Morning – after – pill
IV) Kontrasepsi jangka panjang yang masih diteliti
a. Pil-sekali-seminggu (Once-a week-pill)
b. Pil-sekali-sebulan (Once-a month-combined pill)
c. Paper Pill
- Hormonnya disimpan dalam bahan pembawa kertas yang dapat dimakan, dengan kombinasi hormon yang susunan dan dosisnya konstan
d. Pil Unisex untuk pria dan wanita
e. Injectable Microspheres dan Microcapsule
- Mengandung progesterone saja, yang disimpan dalam pembawa/pengangkut yang biodegradable.
2. Kontrasepsi Suntikan (Injectables) (Kontrasepsi Hormonal)
Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya-kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversible.
Dua kontrasepsi suntikan yang bekerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah :
a. DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) = Depo-Provera
- Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita
- Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg
b. NET-EN (Norethindrone Enanthat) = Noristerat
- Dipakai di lebih dari 40 negara, jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita
- Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 x suntikan pertama) kemudian sekali setiap 12 minggu
Baik DMPA maupun NET-EN sangat efektif, dengan angka kegagalan untuk DMPA : < 1 per 100 wanita per tahun, dan untuk NET EN : 2 per 100 wanita per tahun
3. Implant (Subdermal) (Kontrasepsi Hormonal)
AKBK = Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
Dikenal dua macam Implant
a. Non-Biodegradable Implant
1) Dipakai sejak tahun 1987
2) Norplant (6 kapsul), berisi hormon Levonorgestrel, daya kerja 5 tahun
3) Tiap kapsul
- Panjang : 34 mm
- Diameter : 2,4 mm
- Berisi 36 mg Levonogestrel
4) Norplant-2 (2 batang), idem, daya kerja 3 tahun
5) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. Siap pakai sejak tahun 2000
6) Satu batang, berisi hormon 3-keto desogestrel, daya kerja 2,5 – 4 tahun
7) Saat ini Norplant paling banyak digunakan

Saat ini di Indonesia sedang di uji coba Implanon, implant I batang denga panjang 4 cm, diameter-luar 2 mm, terdiri dari ketodesogestrel yang dikelilingi suatu membrane EVA, berdaya-kerja 2-3 tahun

b. Biodegradable Implant
1) Dipakai sejak tahun 1987
2) Terdiri dari 2 batang Silastic yang padat dengan panjang tiap batang 44 mm
3) Masing-masing batang diisi dengan 70 mg Levonogestrel di dalam matrik batangnya
4) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan selama 3 tahun
Yang sedang di uji coba sat ini:
1) Capronor
Suatu capsul polymer berisi hormon Levonogestrel dengan daya kerja 18 bulan
2) Peilets
Berisi Norethindrone dan sejumlah kecil kolesterol, berdaya kerja 1 tahun
Kontra Indikasi Implant
a. Kehamilan/diduga hamil
b. Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya
c. Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli
d. Penyakit hati akut
e. Tumor hati jinak atau ganas
f. Karsinoma payudara/tersangka karsinoma payudara
g. Tumor/neoplasma ginekologik
h. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus
Efektifitas Implant
a. Angka kegagalan Norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama, ini rendah dibandingkan kontrasepsi oaral, IUD dan metode Barier
b. Efektivitas Norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5 – 3% akseptor menjadi hamil.
c. Norplant-2 sama efektifnya seperti Norplant, untuk waktu 3 tahun pertama. Semula diharapkan Norplant-2 juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6% penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
4. Intra Uteri Device ( IUD) (Alat Kontrasepsi Dalam Rahin, AKDR)
Pada tahun 1909 Richter melaporkan pengalamannya dengan IUD terbuat dari usus ulat sutra, Grafenberg juga pada tahun 1909 memulai kerjanya dengan usus ulat sutra dan kemudian membuat lingkaran usus yang dipertahankan oleh suatu kawat yang mengandung Ag dan Cu. Tahun 1934 Ota menuturkan pengalaman dengan IUD-nya di Jepang. Pada akhir dasawarsa 1960-an Zipper menemukan IUD yang mengandung Cu. Scommegna kemudian menemukan IUD yang mengandung hormon progesterone (Progestasert-T).
Pada tahun 1982, tercatat 2,2 juta wanita akseptor IUD di Amerika serikat. Tetapi sejak 1982, timbul sejumlah kejadian yang mengakibatkan penurunan jumlah akseptor IUD, yaitu konsekuensi serius dari infeksi pelvis yang disebabkan IUD sehingga timbulnya infertilitas.
Angka kegagalan IUD
a. Belum ada IUD yang 100% efektif
b. Angka kegagalan untuk:
- IUD pada umumnya 1 – 3 kehamilan per 100 wanita per tahun
- Lippes loop dan Firsd generatio Cu IUD, 2 per 100 wanita per tahun
- Second Generation Cu IUD, < 1 per 100 wanita per tahun, dan 1,4 per 100 wanita setelah 6 tahun pemakaian
Kontra indikasi Insersi IUD
a. Kontra Indikasi Absolut:
1) Infeksi pelvis yang aktif (akut atau sub-akut) termasuk persangkaan Gonorhoe atau Chlamydia
2) Kehamilan atau persangkaan kehamilan
b. Kontra Indikasi relatif kuat
1) Partner seksual yang banyak
2) Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD
3) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi
4) Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang rekuren, post-partum endometritis atau abortus fibrilis dalam tiga bulan terakhir
5) Cervisitis akut atau purulent
6) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
7) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik
8) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih menginginkan kehamilan selanjutnya.
9) Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes melitus, pengobatan dengan kartikosteroid dan lain-lain.
10) Kelainan pembekuan darah
c. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontra-indikasi untuk insersi IUD
1) Penyakit katup jantung (kemungkinan terjadi subakut bacterial endokarditis.
2) Keganasan endometrium atau serviks
3) Stenosis serviks yang berat
4) Uterus yang kecil sekali
5) Endometriosis
6) Myoma uteri
7) Polip endometrium
8) Kelainan congenital uterus
9) Disminore yang berat
10) Darah haid yang banyak, haid yang irreguler atau perdarahan bercak (Spotting)
11) Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson atau penyakit gangguan Cu yang turun-temurun (penyakit ini jarang terjadi)
12) Anemia
13) Ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya dari IUD
14) Ketidak-mampuan untuk memeriksa sendiri ekor IUD
15) Riwayat Goorhoe, Chlamydia, Syphilis atau Herpes
16) Actinomicosis genetalia
17) Riwayat reaksi vaso-vegal yang berat atau pingsan
18) Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh negatif
19) Pernah mengalami ekspulsi IUD
20) Leukore atau infeksi vagina
21) Riwayat infeksi pelvis
22) Riwayat operasi pelvis
23) Keinginan untuk mendapatkan anak di kemudian hari atau mempertimbangkan kesuburan di masa yang akan datang.

by: Arvien F(http://arvienfarrel.blogspot.com/)

Tidak ada komentar: