STIMULASI DINI PADA BAYI DAN BALITA Jan 1, '10 2:13 PM
for everyone
Untuk Mengembangkan Kecerdasan Multipel dan Kreativitas Anak
Apa yang dimaksud dengan kecerdasan multipel ?
Kecerdasan multipel (multiple inteligensia) adalah berbagai jenis
kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain
verbal-linguistic (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat,
presentasi, pidato, diskusi, tulisan), logical–mathematical (kemampuan
menggunakan logika-matematik dalam memecahkan berbagai masalah), visual
spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic
(ketrampilan gerak, menari, olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan
berekspresi dengan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal
(kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri), interpersonal
(kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain),
naturalist (kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas kecerdasan ?
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait
yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang
anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor
keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus.
Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor
lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam
kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas
tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk
pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan
berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak
cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi)
anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan
kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.
Apa kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan ?
Tiga kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS (terutama untuk pertumbuhan otak,
sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH SAYANG (mempengaruhi
kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan STIMULASI DINI
(merangsang kecerdasan-kecerdas an lain).
Kebutuhan FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam
kandungan sampai remaja terutama untuk perkembangan otak, pencegahan
dan pengobatan penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kebutuhan EMOSI-KASIH SAYANG : terutama dengan melindungi,
menimbulkan rasa aman dan nyaman, memperhatikan dan menghargai anak,
tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan tetapi lebih banyak
memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang. Kebutuhan STIMULASI
meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara untuk
merangsang semua system sensorik dan motorik.
Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan
sejak janin didalam kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila
kebutuhan biofisik tidak tercukupi, gizinya kurang, sering sakit, maka
perkembangan otaknya tidak optimal. Bila kebutuhan emosi dan kasih
sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan antar personal juga
rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang bervariasi
maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Apa itu STIMULASI DINI ? Apa manfaatnya ?
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir
(bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan
setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran,
penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula
merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak
berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran
bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus,
bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu
berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan :
logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik) , kecerdasan
musikal, gerak (kinestetik) , visuo-spasial, senirupa dll.
Cara melakukan stimulasi dini
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi
dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok,
menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan,
bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur.
Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa
nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi,
mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik
bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok
(lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih) , benda-benda berbunyi,
mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang , dirangsang untuk
meraih dan memegang mainan
Umur 3 – 6 bulan
ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan pengasuh di
cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
Umur 6 – 9 bulan
ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan,
membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
Umur 9 – 12 bulan
ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak,
memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan
bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
Umur 12 – 18 bulan
ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna,
menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle)
memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain
dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah
berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang
bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah
sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan
nama atau menunjukkan benda-benda.
Umur 18 – 24 bulan
ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian
tubuh (mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar
atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah,
mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main,
minta dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai
celana - baju, bermain melempar bola, melompat.
Umur 2 – 3 tahun
ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat
(besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll),
menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju,
menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis,
lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil /
besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun
selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi
juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil
dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana,
mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan
kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll.
Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga)
namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya.
Pentingnya suasana ketika stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan
bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan
umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu
atau pengganti ibu).
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan
kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan
stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak
memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang
mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering
marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan
rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan,
sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam,
diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.
Pentingnya pola pengasuhan yang demokratik (otoritatif)
Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atau balita harus dilakukan dalam suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif) .
Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya
memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan
kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan
rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong
keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian
atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan
ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau
ketika melakukan kesalahan.
Mengapa stimulasi dini bisa merangsang kecerdasan multipel ?
Sel-sel otak janin dibentuk sejak 3 – 4 bulan di dalam kandungan ibu,
kemudian setelah lahir sampai umur 3 – 4 tahun jumlahnya bertambah
dengan cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar
sel-sel tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan antar
sel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan
kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh
stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh lingkungan kepada
bayi-balita tersebut.
Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita maka semakin
kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur
rangsangan yang diterima, maka semakin kuat maka hubungan antar sel-sel
otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak,
maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari,
bila dikembangkan terus menerus, sehingga anak akan mempunyai banyak
variasi kecerdasan (multiple inteligensia) .
Bagaimana cara merangsang kecerdasan multipel ?
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.
Latih kecerdasan logika-matematik dengan
mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka,
halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli,
permainan komputer dll.
Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan
mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting,
melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer
dll.
Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu
kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari,
melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga
permainan dll.
Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.
Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan
bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling
berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu,
permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya,
agama melalui buku, TV dll.
Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam
biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang,
berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit,
awan, bulan, bintang dll.
Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan
dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan
jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang
multipel.
Bagaimana cara mengembangkan kreativitas anak ?
Kreativitas dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan berbagai
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas harus dikembangkan
sejak dini. Banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa sikap orangtua
yang otoriter (diktator) terhadap anak akan mematikan bibit-bibit
kreativitas anak, sehingga ketika menjadi dewasa hanya mempunyai
kreativitas yang sangat terbatas.
Bagaimana peran orangtua utk mengembangkan kreativitas anak ?
Kreativitas anak akan berkembang jika orangtua selalu bersikap otoritatif (demokratik) ,
yaitu : mau mendengarkan omongan anak, menghargai pendapat anak,
mendorong anak untuk berani mengungkapkannya. Jangan memotong
pembicaraan anak ketika ia ingin mengungkapkan pikirannya. Jangan
memaksakan pada anak bahwa pendapat orangtua paling benar, atau
melecehkan pendapat anak
Orangtua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan
pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri
(asalkan tidak membahayakan atau merugikan oranglain atau diri
sendiri). Jangan mengancam atau menghukum anak kalau pendapat atau
perbuatannya dianggap salah oleh orangtua. Anak tidaklah salah, mereka
umumnya belum tahu, dalam tahap belajar. Oleh karena itu tanyakan
mengapa mereka berpendapat atau berbuat demikian, beri kesempatan untuk
mengemukan alasan-alasan. Berikanlah contoh-contoh, ajaklah berpikir,
jangan didikte atau dipaksa, biarkan mereka yang memperbaikinya dengan
caranya sendiri. Dengan demikian tidak mematikan keberanian mereka
untuk mengemukakan pikiran, gagasan, pendapat atau melakukan sesuatu.
Selain itu orangtua harus mendorong kemandirian anak dalam melakukan
sesuatu, menghargai usaha-usaha yang telah dilakukannya, memberikan
pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun.
Cara-cara ini merupakan salah satu unsur penting pengembangan
kreativitas anak.
Keluarga harus merangsang anak untuk tertarik mengamati dan
mempertanyakan tentang berbagai benda atau kejadian disekeliling kita,
yang mereka dengar, lihat, rasakan atau mereka pikirkan dalam kehidupan
sehari-hari. Orangtua harus menjawab dengan cara menyediakan sarana
yang semakin merangsang anak berpikir lebih dalam, misalnya dengan
memberikan gambar-gambar, buku-buku. Jangan menolak, melarang atau
menghentikan rasa ingin tahu anak, asalkan tidak membahayakan dirinya
atau orang lain.
Orangtua harus memberi kesempatan anak untuk mengembangkan khayalan,
merenung, berfikir dan mewujudkan gagasan anak dengan cara
masing-masing. Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat
bentuk-bentuk atau warna-warna dengan cara yang tidak lazim, tidak
logis, tidak realistis atau belum pernah ada. Biarkan mereka menggambar
sepeda dengan roda segi empat, langit berwarna merah, daun berwarna
biru. Jangan banyak melarang, mendikte, mencela, mengecam, atau
membatasi anak. Berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan
atau pujian untuk mencoba suatu gagasan, asalkan tidak membahayakan
dirinya atau orang lain.
Semua hal-hal tersebut akan merangsang perkembangan fungsi otak
kanan yang penting untuk kreativitas anak yaitu: berfikir divergen
(meluas), intuitif (berdasarkan intuisi), abstrak, bebas, simultan.
oleh : Soedjatmiko - IDAI
(diambil dr-anak.com)